Jumat, 26 Februari 2010

Nafsu Hatiku Membakar Sawah (REVISI)

Karya :Romli Setiawan
Mentari datang ,tersenyum kepadaku ,mengawali kisah hidupku.Aku adalah seorang anak dari pasangan suamii istri yang menikah sekitar tahun 1992,panggil saja aku Romli.Aku baru duduk di kelas 6 SD.Aku tinggal bersama dengan kakakku yang biasa aku panggil Mas ,dia merupakan orang yang paling dekat denganku sesudah orang tuaku .Dia memiliki badan yang besar dan dia bisa di anggap sebagai body guard ku ,kami tinggal di rumah nenekku.

Suatu hari,aku pergi bersama kakakku ,waktu itu merupakan bulan puasa.Aku pergi dengan kakakku karena nenek kami menyuruh kami untuk membantunya menanam tembakau di sawah,

“Romli,ayo bantu nenek menanam tembakau di sawah “
“Ya, baik nek, tapi nanti aku menyusul bersama kakak”
“Ya sudah jangan lama-lama ya…”
“Ya baik nek.”

Aku berangkat melewati jalan setapak yang makin keras, terbakar panasnya terik sang mentari,.Hari itu merupakan musim panen padi sekaligus menanam tembakau, aku melihat banyak sekali daun padi kering yang menumpuk membentuk gunung besar sekali ,tiba-tiba saja ada nafsu menghampiri ku, terlintas di pikiranku untuk membakarnya.

“Mas ,ngapain sih daun padi ini masih di sawah ini,padahal kan ,sudah tidak berguna”
“Mas juga tidak tau menahu ,apa gunanya daun padi kering ini.”

“Mas bakar saja yuk”
“Ayo tapi apakah kamu membawa korek api?”
“Tidak.sih…,tapi nanti kita minta saja sama paman ,kan biasanya paman membawa korek api ,untuk ngrokok gitu…”
“pintar juga kamu dik,ayo sekarang kita melanjutkan perjalanan..”
“Oke kak, kemon Mas, lets goo…”

Kami melanjutkan perjalanan setapak demi setapak melewati jalan yang keras ,
Jalan tersebut merupakan satu-satunya jalan menuju ke sawah milik nenek kami.Kami sangat menikmati perjalanan tersebut,kami meneruskan perjalanan sambil bercanda tawa mengenai ketentuan agama.Kami sangat menikmati perjalanan tersebut.

“Mas, kalu makan sate garangan (musang dalam istilah jawa) boleh nggak mas?”
”Ya haramlah jelas itu ,karena garangan kan punya taring,liar lagi.”

“Tidak kok mas, mas salah “
“Loh kok bisa “
“Ya tidak lah…,karena kalau nggak di garang nanti bukan sate namanya ha…ha..ha…,Oh ya ,aku punya satu pertanyaan untuk mas.Solat dilanggar(mushola) boleh nggak…”

“Ya boleh lah,langgar kan sama saja dengan mushola,ya kan…”
“Ya betul seratus untuk mas ha….ha…ha..”

Kami meneruskan perjalanan kami,yang jaraknya sekitar 2 Km dari rumah ,kaki kami terasa menginjak arang karena tanahnya sangat panas.Tak terasa kami sudah sampai di sawah milik nenek kami dan kami lansung membantu nenek kami ,ketika kami sampai di sawah, nenek sedang di bantu oleh paman kami,karena di suruh oleh paman , kami langsung membantu mereka.

“Romli …Ari ayo cepat bantu nenek kalian ,Kasihan tuh,nenek kalian.”
“Ya baik paman ., Paman kami boleh meminjam korek apinya tidak paman?untuk nanti kak Beti nyulut api, buat masak…”

“Baik ini ,tapi ingat jangan nakal ya…”
“Baik paman..”

Sekitar 2 jam sudah kami nmembantu nenek kami menanam tembakau disawah. Kami sangat serius dalam membantu nenek kami,pakaian kami sangat kotor,keringat kami terus menetes dari kulit kami yang kepanasan dibakar .hingga akhirnya kami merasa lelah juga, lalu kami meminta izin dari paman untuk segera pulang karena kami sudah tak kuat lagi untuk membantunya.

“Paman … kami pulang dulu ya…”
“Oh ya, mamangnya kalian sudah lelah”
“Sangat paman ,gatal lagi,tambah panas…”
“Baiklah tapi ingat jangan nakal ya…”
“baik paman…”

Kami pun pergi pulang melewati jalan yang kami lalui tadi saat berangkat ke sawah.Selama dalam perjalanan kami bercanda lagi untuk menghilangkan rasa lelah kami.

“Mas hewan apa yang mempunyai kepala seribu?’
“Em…apa ya…,apa ada coba apa jawabnya”

“Ya ..nggak ada lah..,mana mungkin ada hewan seperti itu.ha…ha…ha…,mas ini mudah sekali untuk di tipu”
“ Kamu ngejek Mas ya.., memangnya kamu ini pintar coba tebak,nasi ketan ,hitam ,padat,apa itu..”

“Emangnya apaan itu Mas..”
“Kamu ini bodoh kok ngatain bodoh,jawabanya adalah semut,ha…ha…”

Beberapa lama kemudian kami sampai di suatu sawah yang katanya terdapat seekor ular cobra besar yang panjangnya sekitar2 meter ,penunggu sawah tersebut. Menurut kata para petani ular tersebut kebal jika dipukul.Kami terkejut ketika melihat seekor ular yang baru saja kami fikirkan.Ular tersebut memandangi kami terus-menerus dan tak mau pergi.Beberapa lama kemudian karena ular tersebut tidak kunjung pergi dan karena kami sudah merasa ketakutan kamipun menjadi berani untuk membunuh ular tersebut.

“Mas ,ada ular tuh,aku takut sama ular itu..”
”Mas juga kok..”
“Mas ayo mas usir ular itu ,Mas…”
“Oh ya, ayo cari kayu yang besar untuk memukul ular tersebut”
“Ayo pukul..”

Bag-big-bug suara hantaman kayu keras dari kayu yang kami bawa mengenai tubuh ular tersebut. Namun ,ular tersebut terus saja bisa bergerak,sampai secara tak sengaja hantaman kayu kami mengenai kepala ular tersebut ular tersebut lalu pingsan dan hampir mati .Karena kami sudah mengetahui kelemahan ular tersebut, Kami lalu memukul kepala ular terus-menerus sampai hancur jadi bubur.

“Mas ularnya sudah mati ,lihat tuh kepalanya saja sudah hancur ,pasti sudah mati”
“Ya kamu benar ayo kita buang ke sungai”
“Ya baik kak..”

Kami kembali melanjutkan perjalanan kami ,tak berapa lama kemudian datanglah musuh kami yang selalu berkelompok Rendy,Bondan dan Aik.Sebenarnya kami tidak ingin berkelahi dengan mereka ,tetapi mereka memulai duluan ,mereka mengejek pacarku dengan ejekan yang menusuk telingaku.
“Hei Rom,pacarmu selingkuh tuh..”

“Kalau ngejek yang logis dong ,itu nggak mungkin karena aku tau dia seperti apa, nggak seperti kamu yang nggak jelas asalnya”
“Ya biarin aja yang penting setia..”
“Yang penting jelek ha..ha..ha..”
“Kalau mau ngajak berantem bilangg dong..”
“Yang penting jelek….”

Tanpa pikir panjang tanganku langsung bergetar dan maju memukul wajah si Bondan, tepat di hidungnya hingga berdarah.Setelah itu dia menyuruh temanya untuk membantunya,sebenarnya aku takut dengan mereka ,tetapi karena ada kakakku yang bias ku andalkan ,aku menjadi tidak takut dengan mereka.
“Hei cepat tolong aku, hajar si Romli itu..”
“Baik bos..”

Selanjutnyamereka ingin langsung memukulku tetapi tiba-tiba, bag-big-bug suara hantaman tangan kakakku mengenai mereka berdua,mereka terpental hingga 1 meter dari tempat mereka berdiri tadi.muka mereka langsung gosong terkena pukulan dari kakakku. Lalu mereka meminta maaf kepada kami.

“Sudah Rom..,kami mengaku kalah tolong maafin kami ya…”
“Kalian pikir kalian akan aku maafkan”

“Ya kami tau , tolong maafin kami ..”
“Baiklah ,tapi sekali lagi kalian berbuat seperti itu kalian takkan kumaafkan”
“Terima kasih Rom…”
“Cepat pergi sebelum aku dan kakakku , berubah pikiran”

Kemudian dengan segera mereka pergi dari tempat itu.Kami pun melanjutkan perjalanan kami,sinar sang mentari begitu menyayat kulit kami.Di jalan kami bertemu dengan kakak keponakan kami yang biasa kami panggal dengan panggilan Mas Pijar.

“Hei ,ngapain kalian disini”
“Kami mau pulang kak,memangnya kakak sedang ngapain ? “
“Kakak mau pulang ,habis membantu ibu kakak menanam tembakau di sawah tadi.Ayo pulang bersama-sama”

Baru setengah perjalanan kami melihat sawah yang terdapat daun padi kering yang sudah kami rencanakan untuk membakarnya, kami tak tahu akibatdari perbuatan kami tersebut.
“Mas mana korek apinya , yang tadi mas pinjam dari paman ?”
“Untuk apa Rom, kamu bawa rokok ya.?”
“Tidak kok ,apa mas sudah lupa dengan rencana kita tadiesok tadiuntuk membakar daun padi ini?”

“Oh ya…,Mas lupa, ini Rom koreknya cepat kamu baker ya…”
“Oke kak….”
“Apa kalian sudah mikirin semua ini denga matang?
“Nggak Cuma matang malahan sudah busuk kak pijar ha..ha..ha..”

Kami pun membakar daun padi tersebut lalu kami duduk dan melihatnya.Tak berapa lama kemudian api pun membesar dan kami menjauh dari tempat tersebut .Lalu kami menjadi terdiam melihatnya karena api tersebut semakn lama semakin membesar, kami pun menjadi bingung.

Selanjutnya kami dikejutkan ketika ada orang dari jauhberteriak “kebakaran-kebakaran”.Tanpa pikir panjang kami langsung berlari tanpa tahu akan kemana.Akhirnya kami tiba di belakang rumah seorang temanku,dan aku kaget ketika tahu ternyata dia adalah pacarku ,Hana.

“Rom,ngapain kamu disini?”
“Oh nggak apa-apa kok..”
“Kok kelihatanya kamu ketakutan gitu?”
“Ya sudah lah, aku takut nanti papa kamu melihat kita”
“ Nggak apa-apa kok,bapakku pergi ke sawah”
“Sudah dulu ya…,aku mau pulang I Love You “
“I Love You To”
Kemudian kami pergi dan langsung pulang menuju rumah kami masing-masing.Kami tiba di rumah sekitar jam 5 sore, kami langsung mandi lalu solat dan langsung makan ,enaknya….aku makan sambil mengajak kakakku untuk melihat sawah yang kami bakar tadi.

“Mas, besok kita lihat sawah tadi ya Mas..”
“Ya baiklah,aku juga ingin melihatnya mengingat sawah yang kita baker tadi luasnya hampir 1 hektar”
“Terima kasih Mas..”
“Sama-sama”

Keesokan harinya kami pun bersiap untuk untuk pergi ke sawah yang sudah kami bakar kemarin siang sesuai dengan jadwal yang sudah kami rencanakan tadi malam.
“Rom kamu sudah siap?”
”Siap Mas”
”Ayo berangkat”
“Ayooo”

Tak berapa lama kemudian sampailah kami di tempat tersebut.Aku pun menjadi menyesal begitu melihat banyak sawah yang sudah menghitam di lewati si jago merah.Tulus dari hatiku yang paling dalam aku sudah sangat menyesal melakukan semua itu .Namun hal itu sudah terlambat karena semua itu telah terjadi.Hari ini aku mendapat pelajaran bahwa kita harus melakukan sesuatu secara matang atau terencana terlebih dahulu dan sekarang aku tahu bahawa penyesalan datangnya selalu terlambat.

Rabu, 24 Februari 2010

Nafsu Hatiku Membakar Sawah Orang

Mentari datang ,tersenyum kepadaku ,mengawali kisah hidupku.Aku adalah seorang anak dari pasangan suamii istri yang menikah sekitar tahun 1992,panggil saja aku Romli.Aku baru duduk di kelas 6 SD.Aku tinggal bersama dengan kakakku yang biasa aku panggil Mas di rumah nanakku.

Suatu hari,aku pergi bersama kakakku ,waktu itu merupakan bulan puasa.Aku pergi dengan kakakku karena nenekku menyuruh kami untuk membantunya membantunya menanam tembakau di sawah,

“Bondan,ayo Bantu nenek menanam tembakau di sawah “
“Ya, baik nek nanti aku menyusul bersama kakak”
“Ya sudah jangan lama-lama ya…”
“Ya baik nek.”

Aku berangkat melewati jalan setapak yang makin keras, terbakar panasnya terik sang mentari,.Hari itu merupakan musim panen padi sekaligus menanam tembakau, aku melihat banyak sekali daun padi kering yang menumpuk membentuk gunung, terlintas di pikiranku untuk membakarnya.

“Mas ,ngapain sih daun padi ini masih di sawah ini,padahal kan ,sudah tidak berguna”
“Iya..ya, kenapa ya.”

“Mas baker saja yuk”
“Ayo tapi apakah kamu membawa korek api?”
“Tidak.sih…,tapi nanti kita minta saja sama kakek ,kan biasanya kakek membawa korek api ,untuk ngrokok gitu…”
“pintar juga kamu dik,ayo sekarang kita melanjutkan perjalanan..”
“Oke kak, kemon…”

Aku melanjutkan perjalanan setapak demi setapak melewati
Jalan satu-satunya menuju ke sawah milik nenek kami.Kami sangat menikmati perjalanan tersebut,kami meneruskan perjalanan sambil bercandamengenai ketentuan agama.

“Mas, kalu makan sate garangan (musang dalam istilah jawa) boleh nggak mas?”
”Ya haramlah jelas itu ,karena garangan kan punya taring,liar lagi.”

“Tidak kok mas, mas salah “
“Loh kok bias “
“Ya tidak lah…,karena kalau nggak di garang nanti bukan sate namanya”
“”Oh ya,aku punya satu pertanyaan untuk mas.Solat dilanggar(mushola) boleh nggak…”
“Ya bolrh lah,langgar kan sama saja dengan mushola,ya kan…”
“Ya betul seratus untuk mas ha….ha…ha..”

Kami menerusakan perjalanan kami,yang jaraknya sekitar 1 Km dari rumah.Tak terasa kami sudah sampai di sawahdan kami lansung membantu nenek kami,karena di suruh oleh paman kami.

“Romli …Ari ayo cepat bantu nenek kalian ,Kasihan tuh,nenk kamu”
“Ya baik paman ., Paman kamin boleh minta korek apinya tidak., untuk nanti kak Beti nyulut api, buat masak…”
“Baik ini ,tapi ingat jangan nakal ya…”
“Baik paman..”

Sekitar 2 jam sudah kami nmembantu nenek kami menanam tembakau disawah, dan akhirnya kami lelah juga.Lalu kami meminta izin dari paman untuk segera pulang.
“Paman … kami pulang dulu ya…”

“Oh ya, mamangnya kalian sudah lelah”
“Sangat paman ,gatal lagi,tambah panas…”
“Baiklah tapi ingat jangan nakal ya…”
“baik paman…”

Kami pun pergi pulang melewati jalan yang kami lalui tadi saat berangkat ke sawah.Kami bercanda lagi untuk menghilangkan rasa lelah kami.
“Mas hewan apa yang punya kepala seribu?’
“Em…apa ya…,apa ada coba apa jawabnya”
“Ya ..nggak ada lah..,mana mungkin ada hewan seperti itu.ha…ha…ha…,mas ini mudah sekali untuk di tipu”
“ Kamu ngejek Mas ya.., memangnya kamu ini pintar coba tebak,nasi ketan ,hitam ,padat,apa itu..”
“Emangnya apan itu Mas..”
“Kamu ini bodoh kok ngatain bodoh,jawabanya adalah semut,ha…ha…”

Beberapa lama kemudian kami sampai di suatu sawah yang katanya terdapat seekor ular cobra besar yang panjangnya sekitar2 meter ,penunggu sawah tersebut.Kami terkejut ketika melihat seekor ular yang baru asaja aku fikirkan.Ular tersebut memandangi kami terus-menerus dan tak mau pergi.Karena ketakutan kami menjadi berani untuk membunuh ular tersebut.

“Mas ,ada ular tuh,aku takut sama ular itu..”
“Oh ya, ayo cari kayu yang besar untuk memukul ular tersebut”
“Ayo pukul..”

Bag-big-bug suara hantaman kayu keras dari kayu yang kami bawa mengenai tubuh ular tersebut namun ,ular tersebut terus saja bisa bergerak,sampai secara tak sengaja hantaman kayu kami mengenai kepala ular tersebut ular tersebut lalu pingsan dan hamper mati .Kami lalu memukul kepala ular terus-menerussampai hancur jadi bubur.

“Mas ularnya sudah mati ,lihat tuh kepalanya saja sudah hancur ,pasti sudah mati”
“Ya kamu benar ayo kita buang ke sungai”
“Ya baik kak..”

Kami kembali melanjutkan perjalanan kami ,tak berapa lama kemudian datanglah musuh kami yang selalu berkelompok Rendy,Bondan dan Aik.Sebenarnya kami tidak ingin berkelahi dengan mereka ,tetapi mereka memulai duluan ,mereka mengejek pacarku dengan ejekan yang menusuk telingaku.
“Hei Rom,pacarmu selingkuh tuh..”

“Kalau ngejek yang logis dong ,itu nggak mungkin karena aku tau dia seperti apa, nggak seperti kamu yang nggak jelas asalnya”
“Ya biarin aja yang penting setia..”
“Yang penting jelek ha..ha..ha..”
“Kalau mau ngajak berantem bilangg dong..”
“Yang penting jelek….”

Tanpa piker panjang tanganku langsung bergetar dan maju memukul wajah si Bondan, tepat di hidungnya hingga berdarah.Setelah itu dia menyuruh temanya untuk membantunya,sebenarnya aku takut dengan mereka ,tetapi karena ada kakakku yang bias ku andalkan ,aku menjadi tidak takut dengan mereka.
“Hei cepat tolong aku, hajar si Romli itu..”
“Baik bos..”
Bag-big-bug suara hantaman tangan kakakku mengenai mereka berdua,mereka terpental hingga 1 meter dar tempat mereka berdiri tadi.Lalu mereka meminta maaf kepada kami.

“Sudah Rom..,kami mengaku kalah tolong maafin kami ya…”
“Kalian pikir kalian akan aku maafkan”
“Ya kami tau , tolong maafin kami ..”
“Baiklah ,tapi sekali lagi kalian berbuat seperti itu kalian takkan kumaafkan”
“Terima kasih Rom…”

Kemudian mereka pergi dari tempat itu.Kami pun melanjutkan perjalanan kami,sinar sang mentari begitumenyayat kulit kami.Di jalan kami bertemu dengan kakak keponakan kamiyang biasa kami pinggal dangan panggilan Mas Pijar.
“Hei ,ngapain kalian disini”
“Kami mau pulang kak,memangnya kakak sedang ngapain ? “
“Kakak mau pulang ,habis membantu ibu kakak menanam tembakau di sawah tadi.Ayo pulang bersama-sama”

Baru setengah perjalanan kami melihat sawah yang terdapat daun padi kering yang sudah kami rencanakan untuk membakarnya, kami tak tahu akibatdari perbuatan kami tersebut.
“Mas mana korek apinya , yang tadi mas pinjam dari paman ?”
“Untuk apa Rom, kamu bawa rokok ya.?”
“Tidak kok ,apa mas sudah lupa dengan rencana kita tadiesok tadiuntuk membakar daun padi ini?”

“Oh ya…,Mas lupa, ini Rom koreknya cepat kamu baker ya…”
“Oke kak….”
“Apa kalian sudah mikirin semua ini denga matang?
“Nggak Cuma matang malahan sudah busuk kak pijar ha..ha..ha..”

Kami pun membakarv daun padi tersebut lalu kami duduk dan melihatnya.Tak berapa lama kemudian api pun membesar dan kami menjauh dari tempat tersebut .Lalu kami menjadi terdiam melihatnya karena api tersebut semakn lama semakin membesar, kami pun menjadi bingung.

Selanjutnya kami dikejutkan ketika ada orang dari jauhberteriak “kebakaran-kebakaran”.Tanpa piker panjang kami langsung berlari tanpa tahu akan kemana.Akhirnya kami tiba di belakang rumah seorang temanku,dan aku kaget ketika tahu ternyata dia adalah pacarku ,Hana.

“Rom,ngapain kamu disini?”
“Oh nggak apa-apa kok..”
“Kok kelihatanya kamu ketakutan gitu?”
“Ya sudah lah, aku takut nanti papa kamu melihat kita”
“ Nggak apa-apa kok,bapakku pergi ke sawah”
“Sudah dulu ya…,aku mau pulang I Love You “
“I Love You To”
Kemudian kami pergi dan langsung pulang menuju rumah kami masing-masing.Kami tiba di rumah sekitar jam 5 sore, kami langsung mandi lalu solat dan langsung makan ,enaknya….aku makan sambil mengajak kakakku untuk melihat sawah yang kami bakar tadi.

“Mas, besok kita lihat sawah tadi ya Mas..”
“Ya baiklah,aku juga ingin melihatnya mengingat sawah yang kita baker tadi luasnya hamper 1 hektar”
“Terima kasih Mas..”
“Sama-sama”

Keesokan harinya kamipun bersiap untuk untuk pergi ke sawah yang sudah kami baker kemarin siang sesuai dengan jadwal yang sudah kami rencanakan tadi malam.
“Rom kamu sudah siap?”
”Siap Mas”
”Ayo berangkat”
“Ayooo”

Tak berapa lama kemudian sampailah kami di tempat tersebut.Aku pun menjadi menyesal begitu melihat banyak sawah yang sudah menghitam di lewati si jago merah.Tulus dari hatiku yang paling dalam aku sudah sangat menyesal melakukan semua itu .Namun hal itu sudah terlambat karena semua itu telah terjadi.Hari ini aku mendapat pelajaran bahwa kita harus melakukan sesuatu secara matang atau terencana terlebih dahulu dan sekarang aku tahu bahawa penyesalan datangnya selalu terlambat.